- Back to Home »
- DEATH - NOTE ANOTHER NOTE : PAGE 1 (BAHASA INDONESIA)
Posted by : Facebook
Senin, 15 Juli 2013
Death Note: Another Note – The Los Angeles BB murder files
(Data Kasus Pembunuhan BB di Los Angeles)
Translated by Shia Zen
Sumber : Intan Chan
Yang jelas, ia mempunyai rekan sepekerjaan yang berpikiran tinggi tentang dirinya, yang membuatnya tetap bertahan untuk bekerja di organisasi itu sejauh ini, tapi satu bulan sebelumnya, tepat sebelum pembunuhan BB di Los Angeles, Misora melakukan kesalahan besar, kesalahan yang bahkan tidak ia percayai—yang menuntunnya tepat ke situasi sebelumnya. Ini bukanlah sejenis masalah yang bisa dihilangkan dengan cara bersepeda motor di tengah malam. Misora memutuskan untuk berhenti dari FBI, mengistirahatkan seluruh hidupnya, dan pulang ke Jepang. Tentu saja, sebagian dari dirinya marah atas ketidak masukakalan yang datang dari pekerjaannya, tapi ia lebih menyesal karena kesalahannya sendiri, yang membuat lengannya terasa kaku. Bahkan jika tidak ada tekanan di sekitarnya—bukan saja kemungkinan—Misora akan mengundurkan diri dengan sendirinya.
Atau bahkan dipecat.
Perlahan Misora bangkit dari kasur, hendak mandi guna menghilangkan keringat dari tadi malam, tapi ia melihat laptopnya di meja, yang karena suatu alasan, menyala. Ia tidak ingat kalau ia menyalakannya—lagi pula, ia baru bangun tidur. Apa ia memencet tombolnya saat dalam kondisi tidak sadar? Kemudian tertidur tanpa mematikannya lagi? Ia tidak ingat telah melakukan itu, tapi sejak screen saver-nya menyala, sepertinya tidak ada alasan lain. Ia berpikir kalau ia mempunyai cukup energi malam itu untuk menyalakan komputer, ia pasti juga mempunyai cukup energi untuk mengganti pakaiannya.
Misora melepas jaket dan celananya, dan setelah merasa badannya sudah cukup ringan, bangkit dari kasur, menghampiri meja, dan menggerakanmousen-ya. Itu sudah cukup untuk menghilangkan screen savernya, tapi saat ini Misora justru menjadi lebih bingung lagi. Program e-mail menyala dan menampilkan dialog “pesan baru”. Masih masuk akal kalau ia menyalakan komputer sebelum tidur, tapi tidak sadar telah memeriksa e-mail?
Ketika ia masih bingung memikirkan hal itu, ia meng-klik pesan masuknya. Ada sebuah pesan baru, dari Raye Penber. Itu adalah nama pacar Misora, yang juga agen FBI.
Raye adalah salah satu agen yang berpikiran tinggi tentang Misora (ini tidak membuatnya berhenti untuk menyarankan Misora agar pindah ke departemen yang tidak berbahaya setiap kali terjadi sesuatu). Karena masalah menghilangnya Misora akan segera berakhir, ini mungkin persoalan yang mudah, jadi Misora membuka pesan itu…
Nona Naomi Misora
Saya meminta maaf karena telah menghubungimu dengan cara seperti ini.
Saya ingin meminta bantuan anda untuk menyelesaikan kasus tertentu.
Jika anda bersedia untuk membantu, tolong bukalah server Funny Dish di menu ketiga dari bagian ketiga. Salurannya akan terbuka dalam lima menit (tolong matikan firewall anda terlebih dahulu).
L
PS: Untuk menghubungi anda, saya menggunakan alamat email teman anda. Ini adalah cara termudah dan teraman untuk menghubungi anda, jadi maaf. Meskipun anda bersedia membantu saya atau tidak, anda harus menghancurkan komputer ini dua puluh empat jam setelah membaca pesan ini.
Ketika ia selesai membaca, Misora membaca pesan itu lagi dan memeriksa pengirimnya
L.
Ia mungkin diberhenti tugaskan sementara, tapi ia masih agen FBI, dan jelas mengenali nama itu—tidak akan termaafkan lagi kalau ia sampai tidak mengenalinya. Ia mengira Raye Penber, atau orang lain, mempermainkannya, tapi ia berpikir sangatlah tidak masuk akal ada orang yang mengaku dirinya L. L sendiri tidak pernah menampakan dirinya baik secara terbuka maupun pribadi, tapi Misora pernah mendengar rumor menyeramkan tentang apa yang terjadi pada detektif yang mengaku dirinya L. Bisa dibilang tidak ada satupun yang berani menggunakan namanya untuk lelucon.
Jadi…
“Aw, dang,” ia memprotes, dan memilih mandi, menghilangkan rasa lelah dari tadi malam. Ia mengeringkan diri dan meminum secangkir kopi panas. Tapi ia hanya bersikap seolah-olah mempertimbangkannya—ia sebenarnya tidak punya pilihan. Tidak ada agen FBI, terutama dengan tingkatan rendah, boleh menolak permintaan L. Tapi saat ini Misora tidak memiliki pikiran positif terhadap sang detektif terhebat L, jadi ia seolah-olah sedang ragu, hanya untuk menghibur dirinya sendiri. Apabila kau mengenal kepribadian Misora, alasannya bersikap seperti ini sudah jelas. Jelas apabila alasan laptopnya menyala karena dihack oleh L, dan ia tidak tega untuk menghancurkan komputernya yang baru saja dia beli sebulan yang lalu.
“Aku rela… Maksudku, aku benar-benar rela, tapi…”
Ia tidak punya pilihan.
Pukul 8:50, Misora duduk di depan laptopnya, yang hanya berumur kurang dari tiga jam, dan mulai mengikuti instruksi-instruksi L. Ia bukanlah hacker yang hebat, namun ia tahu basisnya dalam pelatihan FBI. Tepat ketika ia berhasil tersambung ke server, seluruh layarnya berubah menjadi putih. Sejenak Misora khawatir, namun selanjutnya ia dapat melihat huruf kaligrafi raksasa bertuliskan L di tengah layar, dan bernafas lega.
“Naomi Misora,” muncul sebuah suara dari speaker laptop, setelah sunyi sejenak. Jelas bahwa itu adalah suara palsu. Tapi juga merupakan suara yang selalu dipakai L pada setiap penyelidikannya di dunia. Misora sudah pernah mendengarnya beberapa kali sebelumnya—namun ini pertamakalinya ia mendengar secara perorangan. Aneh rasanya, seperti mendengar namanya disebutkan di TV—bukan berarti dia tidak pernah mengalami hal itu, tapi setidaknya ia akan berpikiran seperti itu.
“Ini L.”
“Hai,” Misora mulai berbicara, tapi segera menyadari bahwa hal itu tidak berguna. Laptopnya tidak memiliki instalasi mikrofon, dan itu berarti tidak mungkin L bisa mendengar suaranya. Akhirnya, ia mengetik, “Ini Naomi Misora. Sebuah kehormatan bagiku bisa berbicara denganmu, L.” jika yang menghubungkannya dengan L adalah suara, L tentu bisa mendengar perkataannya.
“Naomi Misora, apakah anda tidak asing tentang investigasi pembunuhan di Los Angeles seperti yang akan kita bicarakan?” L langsung ke permasalahan, tanpa memperdulikan kata-kata yang diucapkan Misora. Mungkin ini karena komunikasinya dengan Misora harus terputus pada pukul 9:05, namun sifat dan kelakuannya telah sepenuhnya membuat Misora berpikir negatif. Bisa dikatakan bahwa sudah pasti jika ia akan membantu L—yang tentu saja benar, tapi ia bersikap seolah-olah tidak menghormati L. Misora menghantam keyboardnya dengan sedikit keras
“Saya tidak begitu ahli untuk melacak semua kasus pembunuhan yang terjadi di Los Angeles.”
“Oh? Begitu?”
L tidak memperdulikan sindirannya.
L melanjutkan, “Saya menyelidiki pembunuhan berantai tersebut—korban ke tiga ditemuka kemarin. Saya pikir akan muncul lebih banyak korban. HNN news menyebutnya sebagai Pembunuhan Wara Ningyo.”
“Pembunuhan Wara Ningyo?”
Ia tidak pernah mendengar tentang hal ini. Ia sedang pergi dan sebenarnya juga menghindari berita semacam itu. Misora tinggal di Jepang hingga lulus dan sangat mengenal kata-kata itu, tapi mendengarnya disebutkan di Inggris adalah hal yang asing.
“Saya ingin memecahkan kasus ini,” kata L. “Yang saya butuhkan adalah menangkap pembunuhnya. Tapi bantuan anda sangatlah penting, Naomi Misora.”
“Kenapa aku?” ia mengetik. Hal ini juga bisa diterjemahkan menjadi “Kenapa kau butuh bantuanku?” atau “Kenapa aku harus membantumu?” tapi L mengambil makna pertama tanpa berpikir sejenak. Sindiran tidak berpengaruh untuknya.
“Sebenarnya, karena anda penyelidik yang ahli, Naomi Misora.”
“Aku sedang tidak bekerja…”
“Saya tahu. Bukankah itu bagus?”
Tiga korban, katanya. Jelas, ini tergantung korbannya, tapi dari apa yang diberitahukan L kasus ini belum memasuki tingkat kondisi yang menyebabkkan FBI harus turun tangan. Normalnya ia akan berpikir inilah alasannya mengapa L meminta bantuannya, dibanding meminta bantuan dari FBI, namun ini terlalu mendadak. Dan ia tidak punya banyak waktu untuk memikirkan hal ini. Namun ia sempat berpikir mengapa L menyelidiki kasus yang terlalu kecil untuk diselidiki FBI. Lagi pula, ia tidak membayangkan bahwa jawabannya akan terbeberkan melalui komputernya. Ia melihat jam dindingnya. Ia masih punya satu menit lagi.
“Baiklah. Aku akan membantu semampuku,” ketik Misora.
L langsung menjawab, “Terimakasih. Saya tahu kalau anda akan setuju.”
Ia tidak terdengar layaknya orang berterimakasih. Tapi mungkin kita bisa menyalahkan alat pengolah suara palsunya.
“Izinkan saya menjelaskan bagaimana anda menghubungi saya untuk kedepannya. Kita tidak punya waktu lagi, jadi saya langsung saja. Pertama….
Pertama, ia harus tahu detail dasar tentang Kasis Pembunuhan BB Los Angeles. Pada tanggal 31 Juli, 2002, di dalam kamar sebuah rumah kecil di Insist Street, Hollywood, seorang pria bernama Believe Bridesmaid terbunuh. Ia tinggal sendiri, bekerja sebagai penulis paruh waktu. Ia telah menulis artikel untuk lusinan majalah dan dikenal baik di tempat kerja—yang tidak berarti apa-apa, tapi di kasus ini terlihat cukup akurat. Ia dicekik, pertama-tama ia dibuat tidak sadarkan diri dengan obat-obatan kemudian dicekik dari belakang menggunakan sejenis senar. Tidak ada tanda-tanda perlawanan—semua jelas, sebuah pembunuhan yang teratur. Pembunuhan yang kedua terjadi empat hari berikutnya, pada tanggal 4 Agustus, 2002. Kali ini di Downtown, di sebuah apartemen di Third Avenue, dan korbannya adalah seorang gadis bernama Quarter Queen. Kali ini korban dipukuli hingga tewas, tengkoraknya dihantam oleh benda yang tumpul dan keras. Sekali lagi, korban sepertinya telah diberi obat-obatan terlebih dahulu dan tidak sadarkan diri sampai kematiannya. Hal itu menunjukan bahwa pelaku kedua pembunuhan adalah orang yang sama… semua orang yang melihat perkara kriminal ini pasti akan sadar hubungan antara keduannya. Ada boneka-boneka voodoo tertancap di dinding kedua tempat. Boneka ini juga dikenal sebagai Wara Ningyo.
Empat dari boneka-boneka itu ada di Insist Street
Tiga di Third Avenue.
Tertancap di dinding.
Boneka Wara Nongyo telah menjadi berita utama, jadi ada kemungkinan tentang kriminal tiruan, tapi beberapa rincian lain juga cocok, sehingga meyakinkan para polisi bahwa ini adalah kasus pembunuhan berantai. Namun jika itu kasusnya, maka akan meninggalkan sebuah pertanyaan besar—tidak ada hal sama sekali yang dapat menghubungkan Believe Bridesmaid dan Quarter Queen. Tidak satu pun dari mereka memiliki nomor telepon yang lain, tidak satu pun dari mereka memiliki kartu nama yang lain, dan di samping itu, Quarter Queen tidak memiliki telepon genggam maupun kartu nama—dia gadis berumur tiga belas tahun. Apa kemungkinan hubungan yang ia miliki dengan seorang penulis professional berumur empat puluh empat tahun? Jika ada hubungan diantara keduanya, itu mungkin sang ibu, yang sedang keluar kota saat pembunuhan terjadi, namun dilihat dari perbedaan tempat tinggal dan situasi mereka berdua, masih sulit rasanya untuk melihat hubungan yang jelas. Sepeti istilah pada novel detektif kuno, ada bagian yang hilang—mereka tidak bisa menemukan hubungan dari kedua korban. Penyelidikan tentu terfokus pada hal ini, tapi sembilan hari kemudian (ketika media mulai menyebutnya Pembunuhan Wara Ningyo) pada 13 Agustus, 2002, pembunuhan ketiga terjadi. Ada dua Wara Nongyo di dinding. Berarti berkurang satu boneka di setiap pembunuhan.
Pembunuhan ketiga terjadi di L.A bagian barat, di sebuah rumah dekat Stasiun Metrorail Glass, dan nama korban adalah Backyard Bottomslash. Kali ini korbanya perempuan lagi—berumur dua puluh enam, di antara umur korban pertama dan kedua—dan ia adalah pegawai bank. Sekali lagi, ia tidak punya hubungan dengan Believe Bridesmaid atau Quarter Queen sama sekali. Ini tidak seperti misalnya mereka, secara tidak sengaja, saling bertemu di jalan. Ia tewas karena kehilangan banyak darah—pendarahan parah. Membuatnya dalam keadaan terjepit, memukulnya hingga tidak berdaya, kemudian akhirnya menikamnya—masing-masing korban dibunuh dengan cara yang berbeda, memberikan kesan berbeda bahwa ia mencoba hal yang baru dalam setiap pembunuhan. Dan ia tidak meninggalkan petunjuk yang berguna di setiap tempat kejadian perkara. Satu-satunya hal yang bisa di selidiki adalah hubungan di anatara mereka, tapi tidak ada yang dapat ditemukan—yang mana sangat aneh untuk pembunuhan seperti ini—pembunuhan ketiga ini benar-benar mempecundangi polisi. Pembunuhnya jauh lebih hebat dari para polisi.
Aku tidak berniat memuji Beyond Birthday, tapi dalam kasus ini aku akan memberinya pujian yang pantas.
Oh, ya—tambahan untuk Wara Ningyo, hanya ada satu persamaan menonjol diantara seluruh perkara—semuanya merupakan ruangan terkunci. Persis seperti novel kuno. Para detektif menyelidiki kasus tidak memandang semuanya dari sudut pandang yang berbeda.. tapi ketika Naomi Misora menerima data kasus dari L, hal-hal ini yang pertama kali menarik perhatiannya.
Ketika Misora mulai menyelidiki kasus ini—bukan sebagai agen FBI, melainkan seseorang yang bekerja di bawah perintah L—yaitu satu hari setelah ia menerima permintaan tolong L, tanggal 15 Agustus. Ia tidak dalam masa bekerja, jadi lencana dan pistolnya diambil, meninggalkannya dalam kondisi tanpa hak bersenjata lebih dari masyarakat biasa. Tapi ia tidak berpikiran santai—Misora tidak pernah menjadi agen yang membuang wewenangnya sewaktu-waktu. Ia sedikit stress, dan mentalnya sedikit tidak beraturan, jadi ia tidak sedang dalam kondisi terbaik untuk memecahkan kasus, tapi itu berarti ia memiliki emosi yang sama dengan L. Dengan kata lain, ia bukanlah orang yang baik dalam pekerjaan perkelompok, dan kemampuannya terlihat cerah ketika ia kabur dari belenggu organisasi dan bekerja sendirian—yang mungkin juga menjelaskan mengapa ia jengkel pada L.
Tapi pada tanggal 15 Agustus, tengah hari, Naomi Misora ada di Insist Street Hollywood, tempat kejadian pembunuhan pertama. Melihat bangunannya, yang sepertinya terlalu besar untuk seorang pria yang tinggal sendirian, Misora merogoh tasnya, mengeluarkan telepon genggamnya, dan menelpon ke nomor yang telah diberikan. Ia telah diberitahu bahwa nomor itu telah diacak menjadi lima bagian dan aman sepenuhnya. Bukan hanya aman untuk L, tapi juga aman untuk Misora yang sedang tidak bertugas.
“L, aku sudah di tempat kejadian.”
“Bagus,” kata suara sintetis, seolah ia telah menunggunya.
Misora dengan berani menebak-nebak keberadaan L, dan seperti apa lingkungan sekitar penyelidikannya, tapi dengan segera ia sadar bahwa hal itu tidak berpengaruh sama sekali.
“Apa yang harus kulakukan?”
“Naomi Misora, anda ada di dalam atau di luar bangunan?”
“Di luar. Aku akan ke lokasi kejadian tapi belum memasuki halamannya.”
“Kalau begitu masuklah. Seharusnya tidak terkunci.. Saya sudah mengaturnya agar begitu.”
“Trims.”
Sudah disiapkan dengan baik. Ia menggertakan giginya, menahan desakan untuk mengucapkann hal-hal yang menyindir. Normalnya ia sudah mempersiapkan untuk menunjukan rasa hormat, tapi ia sulit menerima bahwa seseorang telah mempersiapkan segalanya dengan begitu sempurna. Ia membuka pintu dan masuk ke rumah. Korban dibunuh di kamar tidur, dan Misora cukup banyak terlibat dalam penyelidikan di FBI sehingga dapat menebak dengan cukup baik di mana kira-kira kamar tidur berada meski dilihat dari luar. Rumah seperti ini biasanya memiliki kamar di lantai pertama, jadi ia bergerak penuh perhitungan. Sudah dua minggu sejak pembunuhan berlangsung, tapi jelas bahwa mereka menjaga agar ruangan tetap bersih. Tidak ada debu sama sekali.
“Tapi L…”
“Apa?”
“Berdasarkan data yang kuterima kemarin—bukannya mengatakan sudah jelas, tapi polisi sudah menyelidiki tempat kejadian.”
“Ya.”
Sungguh tidak membantu.
“Jadi tidak ada gunanya aku di sini?”
“Tidak,” kata L. “Saya mengharapkan anda bisa mendapatkan sesuatu yang tidak didapatkan polisi.”
“Hmm… dimengerti.”
Atau mungkin, dimengerti bahwa itu sama sekali tidak berguna.
Hal itu tidak menjelaskan apa pun.
“Mereka seharusnya sudah mengamati tempat kejadian beratus-ratus kali, jadi pergi ke sini jelas tidak berguna. Tapi waktunya sudah lama, jadi mungkin sesuatu sudah mulai terlihat. Naomi Misora, hal pertama yang harus kita pikirkan tentang kasus ini adalah hubungan dari masing-masing korban. Apa hubungan antara Believe Bridesmaid, Quarter Queen, dan korban baru, Backyar Bottomlash? Atau jika memang tidak ada hubungan diantara mereka, pasti ada logika mengapa pembunuhnya memilih mereka sebagai korban. Yang saya minta dari anda, Naomi Misora, adalah untuk menemukan hubungan yang hilang ini.”
“Oh, begitu…”
Ia tidak bersungguh-sungguh, tapi ia tahu berdebat dengan L tidak akan membuatnya berhenti menghindar atau memberitahunya apa yang ia ingin tahu, jadi ia memutuskan untuk tidak menanyakan banyak hal. Lagipula, ia sudah menemukan kamar tidur itu. Pintunya membuka ke dalam dan mempunyai pengunci sidik jari.
Ruangan terkunci.
Tempat kejadian pembunuhan kedua dan ketiga juga mempunyai pengunci sidik jari… apa ini hubungannya? Tidak, informasi itu sudah ada di data. Polisi sudah sadar akan hal ini. L ingin sesuatu yang lebih.
Ruangannya cukup besar, tapi tidak banyak perabot yang ada, jadi hal itu tidak akan menghambat. Ada sebuah kasur besar di tengah ruangan, tapi satu-satunya perabot tambahan di situ hanyalah beberapa rak buku. Rak buku itu kebanyakan berisi buku panduan untuk mengisi waktu santai dan komik-komik terkenal Jepang, yang mana itu berarti Believe Bridesmaid menggunakan ruang ini kusus untuk bersantai. Ia sepertinya tipe orang yang berhati-hati dalam pekerjaan terpisah atau dalam waktu khusus—bukan tipe yang biasanya ditemukan pada penulis paruh waktu. Mungkin ada sesuatu di lantai kedua, pikir Misora, sambil mengamati langit-langit. Ia harus memeriksanya nanti.
”Ngomong-ngomong, Naomi Misora. Apa pendapat anda tentang penjahat di balik pembunuhan ini? Saya ingin mendengar pendapat anda tentang ini.”
“Kupikir pendapatku tidak akan berguna untukmu, L…”
“Semua pendapat itu berguna.”
Oh?
Misora berpikir sejenak.
“Ia abnormal,” jawabnya, tidak berpikir untuk memilah kata-katanya, hanya mengucapkan apa yang ada di pikirannya. Ini adalah kesan pertama yang ia dapatkan sehari sebelumnya, ketika membaca datanya. “Bukan hanya karena ia telah membunuh tiga orang, tapi… setiap tindakan yang ia lakukan menimbulkan kesan itu. Dan ia bahkan tidak berusaha menyembunyikannya.”
“Contohnya?”
“Contohnya… sidik jari. Mereka tidak menemukan satu pun sidik jari di setiap lokasi I kejadian. Semuanya telah dihapus sepenuhnya.”
“Benar… tapi Naomi Misora, tidak meninggalkan sidik jari adalah hal paling dasar dalam tehknik kriminal.”
“Tapi tidak serapi ini,” kata Misora, merasa terganggu—ia tahu L mengerti apa yang ia pikirkan dan yakin ia sedang mengetes kemampuannya, tidak peduli apa yang ia katakan. Mengetes apakah ia mampu melayaninya sebagai tangan kanannya. “Jika kau tidak ingin meninggalkan sidik jari, kebanyakan orang akan menggunakan sarung tangan. Tapi orang ini… sepertinya ia menghapus semua sidik jadi di seluruh rumah. Di ketiga lokasi. Awalnya aku berpikir ia telah ke rumah korban berjali-kali jadi ia tidak berpikir apa yang harus ia sentuh dan apa yang tidak ia sentuh, tapi ketika kubaca ia mencopot lampunya dan menghancurkan stop kontaknya, ceritanya lain. Kau panggil apa lagi kalau bukan abnormal?”
“Saya setuju.”
Benarkah, untuk sekarang?
“Jadi, L, kembali pada yang kukatakan sebelumnya, jika ia mengambil tindakan pencegahan seperti itu, maka kurasa aku tidak akan mendapatkan sesuatu yang baru di sini. Kalaupun ada hal itu sangat meragukan. Seseorang seperti ini tidak akan melakukan kesalahan.”
Kesalahan.
Seperti yang ia lakukan bulan kemarin.
“Umumnya penyelidikan seperti ini dimulai dengan mencari kesalahan si kriminal, kemudian merangkai puzzlenya dari situ, tapi pada kasus ini, kurasa kita tidak akan menemukan sesuatu yang seperti itu.”
“Tidak, aku tidak berpikir kita akan menemukannya,” kata L. “Tapi bagaimana kalu tidak ada kesalahan?”
“Tidak ada kesalahan?”
“Ya. Ia meninggalkan sesuatu dengan sengaja. Dan jika detektif polisi gagal menyadarinya… kita mungkin bisa.”
Meninggalkan petunjuk dengan sengaja? Apakah hal itu pernah terjadi? Bukanlah hal yang normal, tidak—mengapa seseorang akan meninggalkan sesuatu yang bisa digunakan melawan mereka? Atau tunggu. Sekarang ia sudah menyebutkannya, mereka sudah tahu dua contoh yang menunjukan hal itu. Yang pertama adalah Wara Ningyo yang tertancap di dinding, dan satunya lagi adalah pengunci sidik cari, yang menciptakan ruangan terkunci. Ini bukanlah kesalahan, tapi jelas bahwa hal itu ditinggalkan si pembunuh. Terutama surat. Tepatnya hal-hal yang menarik perhatian Misora—ruangan terkunci selalu dibuat apabila si pembunuh ingin membuatnya seolah merupakan bunuh diri. Tapi korban pertama dicekik dari belakang, yang kedua dibunuh dengan senjata yang tidak ditemukan di lokasi kejadian, dan yang ketiga ditikam dengan senjata, yang lagi-lagi, tidak ditemukan di lokasi kejadian… tidak ada yang dapat dikatakan sebagai upaya bunuh diri. Yang berarti tidak ada gunanya membuat ruangan terkunci seperti itu. Ini bukan sebuah kesalahan, tapi juga tidak biasanya dilakukan.
Juga untuk Wara Ningyo.
Ia tidak tahu apa maksud dari keduanya.
Sejak Wara Nongyo dikatakan sebagai simbol kutukan di Jepang, mungkin orang-orang akan beranggapan bahwa pembunuhnya adalah orang Jepang, atau seseorang dengan dendam yang mendalam pada orang-orang Jepang, tapi terutama saat ini, Wara Ningyo dapat dengan mudah dijumpai di toko mainan dan dijual dengan harga yang cukup murah (kira-kira berharga tiga dolar) jadi tidak ada satupun teori yang benar. Misora menutup pintu di belakangnya, dan karena kunci sidik jarinya hanya setinggi pinggul, ia segera menghidupkannya dan mengunci diri di dalam.
Kemudian ia memeriksa tiap-tiap lokasi dimana boneka-boneka itu ditancapkan. Tentu, semuanya telah diambil dan diamankan polisi sebagai barang bukti, dan tidak ada lagi di sini. Namun cukup jelas untuk mengetahui dimana mereka seharusnya berada, bila melihat ada lubang di dinding. Misora mengeluarkan enam gambar dari tasnya. Satu merupakan gambar keempat boneka. Satu memperlihatkan korbannya, Believe Bridesmaid, terbaring di atas kasur, cukuo jelas juga tanda bekas tali di sekitar lehernya.
Dan gambar terakhir. Ini tidak dari lokasi kejadian, tapi merupakan sebuah foto close up dada Believe Bridesmaid, yang diambil ketika otopsi. Ada sebuah nomor dari lukanya, yang kelihatannya telah sengaja dibentuk di dagingnya menggunakan pisau. Lukanya tidak dalam, namun ada di berbagai daerah. Menurut laporan, luka-luka itulah yang menyebabkan korban meninggal.
“Secara umum, ketika si pembunuh melakukan sejenis kerusakan pada mayat seperti ini, mungkin ia memiliki dendam pada korban… untuk seorang penulis paruh waktu yang mengambil pekerjaan apa pun, aku tidak akan terkejut jika ia memiliki banyak musuh. Ia juga membuat gosip di tulisannya…”
“Tapi Naomi Misora, hal ini tidak memperlihatkan hubungannya dengan korban kedua maupun ketiga. Kedua tubuh mereka juga terluka parah yang tidak menunjukan bahwa mereka mati karena itu—bahkan, jumlah lukanya semakin meningkat di setiap pembunuhan.”
“Mungkin saja Bridesmaid adalah tujuan utama pembunuh, sedang dua lainnya sebagai pengacau. Atau mungkin bukan Bridesmaid, tapi salah satu dari dua lainnya… atau dua dari ketiganya, dan yang ketiga sebagai kamuflase. Luka-luka itu menjadi semakin parah mungkin karena itu adalah bagian dari penyamaran korban sebenarnya, atau…”
“Kau yakin bahwa si pembunuh memilih korban tanpa pertimbangan?”
“Tidak. Ini hanyalah satu diantara sekian banyak kemungkinan. Teori ini tidak menjelaskan Wara Nongyo. Maksudku, mungkin ia dengan sengaja meninggalkan boneka-boneka itu di sana hanya untuk memperlihatkan bahwa mereka dibunuh oleh orang yang sama—dan ruangan terkunci mungkin dibuat untuk alasan yang sama.”
Yang mana itu berarti ketika kasus beralih meninggalkan Hollywood ke bagian barat kota maka akan membingungkan penyelidikan. Semakin banyak orang di kasus yang berhubungan, maka akan makin rumit pula penyelidikan nantinya…, dan memilih gadis kecil sebagai korban kedua telah memberinya kesan bahwa ia seseorang yang psiko.
“Melihat dari sudut pandang orang yang abnormal… hmm, mungkin pemikiran untuk melakukan hal itu cukup abnormal,” kata L. Misora terkejut mendengar ia mengungkapkannya dengan emosi yang begitu terasa. Perasaan yang ia rasakan sangat mendekati jika harus dikatakan sebagai perasaan kagum, dan ia segera melanjutkan topik pembicaraan—untuk menutupi reaksinya, atau paling tidak menyembunyikannya.
“Jadi, L, konyol rasanya mencari hubungan diantara kedua korban. Kurasa polisi telah melakukan tugas itu dengan baik, dan… Terus terang saja, memeriksa orang-orang yang mengenal masing-masing korban pasti lebih berguna. Maksudku, korban ketiga, Backyard Bottomslash… ia mungkin terkait dengan segala bisnis yang melibatkan bank.”
“Tapi Naomi Misora,” potong L. “Ini bukan waktunya mencari tahu hal itu. Saya percaya akan ada pembunuhan ke empat kedepannya.”
Ia mengatakan hal yang mirip kemarin. Bahwa ada kemungkinan korban akan bertambah. Tapi berdasarkan apa? Dengan pembunuh yang masih bebas berkeliaran, benar-benar kemungkinan yang masuk akal, tapi sepertinya pembunuhan akan berakhir di korban ke tiga. Itu semua bergantung pada keinginan si pembunuh—sebagai seorang peneliti, ia tahu sulit rasanya mengatakan kemungkinan ganjil itu lebih dari lima puluh-lima puluh.
“Jumlah Wara Ningyo,” kata L. “Empat ditempat anda sekarang, tiga pada korban kedua, dan dua pada lokasi ketiga. Di L.A bagian Barat—berkurang satu di setiap lokasi.”
“Ya, jadi?”
“Jumlah bonekanya masih bisa berkurang satu.”
Ia seharusnya tahu. Bahkan, masuk akal jika menghitung mundur dari empat sampai dua kemudian berhenti. Namun jika teori Misora benar, dan dia membunuh secara acak hanya untuk menjadikannya sebagai kamuflase korban sebenarnya, maka akan lebih efektif jika memakan lebih banyak korban. Tentu tiap pembunuhan menambah resiko, tapi hasilnya mungkin memuaskan. Terang saja, tidak mungkin kita dapat mengatakan bahwa si pembunuh bahkan memikirkan tentang resiko itu—memang ada pembunuh tertentu yang memperhatikan sungguh-sungguh tentang pembunuhan yang mereka lakukan. Dan lagi, cukup abnormal jika berpikir sebagai orang abnormal…
“Jadi, L… kau pikir akan ada pembunuhan lagi?”
“Lebih dari sembilan puluh persen kemungkinan.,” katanya. “Saya ingin mengatakan seratus persen, tapi ada kemungkinan kecil jika sesuatu terjadi pada pihak pembunuh, yang membuatnya tidak bisa membunuh lagi. Jadi mungkin sembilan puluh dua persen. Namun Misora, jika sesuatu terjadi, tidak akan ada dua—hanya satu. Hanya ada tiga puluh persen kemungkinan untuk pembunuhan kelima.”
“Tiga puluh persen?”
Perbedaan yang cukup signifikan.
“Kenapa? Hanya ada dua Wara Ningyo lagi… dan apabila ia menggunakannya untuk menunjukan jumlah korbannya…”
“Tapi jika begitu kasusnya, ia tidak akan bisa membawa Wara Ningyo di pembunuhan kelima. Boneka itu memperlihatkan bahwa ini adalah pekerjaan seorang pembunuh yang kejam, tapi…”
“Oh! Begitu,” kata Misora, malu akan kebodohannya sendiri. Yang jelas apa pun motif si pembunuh, meninggalkan Wara Nongyo adalah bagian dari rencananya. Ia akan kesusahan membunuh korban kelima jika jumlah Wara Ningyonya sudah mencapai nol.
“Ada kemungkinan tiga puluh persen jika si pembunuh tidak berpikir sejauh itu, tapi hal itu sangat meragukan. Lagipula, ia juga membongkar stop kontak lampu…”
“Jadi totalnya hanya ada empat korban. Akan ada satu orang lagi.”
“Tidak. Yang ketiga adalah yang terakhir,” kata L datar. Bahkan dengan suara palsu. “Tidak akan ada lagi korban. Tidak dengan saya didalamnya.”
Percaya diri?
Atau sombong?
Misora tidak mengklaim salah satu dari kedua opini tersebut, tidak untuk sekarang. Kejadian beberapa minggu terakhir menyadarkannya.
Seperti apa kepercayaan diri itu?
Seperti apa kesombongan itu?
Misora tidak lagi tahu.
“Tapi saya membutuhkan bantuanmu, Naomi Misora. Saya berharap banyak dari penyelidikan anda.”
“Oh ya?”
“Ya. Dan tetap berpikir dengan hati membeku selagi anda bekerja. Dalam pengalaman saya, kasus seperti ini sangat membutuhkan pemikiran yang tidak mudah goyah akan apapun. Anggap saja anda sedang bermain catur dalam es.”
“…”
Bukankah itu namanya mempersulit diri sendiri?
“L, apakah kau tahu jika aku tidak sedang bekerja?”
“Ya. Itulah mengapa saya meminta bantuan anda. Dalam kasus ini, saya membutuhkan seseorang yang dapat bekerja secara individual.”
“Jadi kau tahu alasan mengapa aku tidak bekerja?”
“Tidak,” katanya, membuat Misora terkejut. “Saya tidak tahu hal itu.”
“Kau tidak memeriksanya?”
“Saya tidak tertarik. Anda berpengalaman, dan sedang longgar, dan hanya itu yang penting—kecuali jika ada sesuatu yang harus saya ketahui? Kalau begitu, saya dapat mencaritahu kurang dari semenit.”
“Tidak.” Ia berkata, sedikit panik.
Ia telah berpikir seluruh dunia tahu tentang kesalahan besarnya, namun bahkan sang detektif terhebat di dunia tidak mengetahuinya. Dan ia telah menerjemahkan hilangnya Misora sebagai waktu ‘longgar’. Ia tidak pernah pernah berpikir untuk mengira-ngira, tapi sepertinya L tidak punya selera humor.
“Baik, L, jika kita akan menghentikan pembunuhan ke empat, mari kita mulai. Sekarang apa yang harus kulakukan?”
“Apa yang bisa anda lakukan?”
“Aku bisa melakukan apa pun yang kubisa,” kata Misora. “Aku tahu aku terlalu banyak bertanya, tapi jika aku harus memeriksa tempat kejadian ini lagi dan lagi, mencari sesuatu yang si kriminal tinggalkan selain Wara Ningyo… apa, tepatnya, yang harus kucari?”
“Segala jenis pesan.”
“Pesan?”
“Ya. Ini tidak ada di data yang saya berikan pada anda, tetapi sembilan hari sebelum tanggal 32 Juli, sebelum pembunuhan pertama, LAPD mendapat sebuah surat.
“Surat?”
Kemana arah kasus ini? LAPD…?
“Apa surat itu berhubungan dengan kasus ini?”
“Saat ini, tidak ada satu pun detektif yang menyadari hubungannya. Saya tidak begitu yakin jika memang ada, tapi saya berpikir ada.”
“Berapa persen?”
“Delapan puluh persen.”
Respon yang cepat.
“Pengirimnya tidak diketahui—ia menggunakan jasa antar, jadi tidak mungkin kita bisa mencari tau siapa pengirimnya. Di dalam amplop terdapat secarik kertas yang ditulisi crossword puzzle.
“Crossword puzzle? Huh…”
“Jangan meremehkannya. Puzzle itu benar-benar sulit, dan tidak ada seorang pun yang bisa memecahkannya. Tentu, kita bisa menyimpulkan bahwa tidak ada yang serius menanggapinya, tapi sepertinya masuk akal jika kita memperkirakan bahwa beberapa polisi yang mencoba puzzle itu telah gagal memecahkannya.”
“Begitu ya. Lalu?”
“Akhirnya mereka memutuskan kalau puzzle itu hanya ulah iseng seseorang, dan membuangnya… namun pencari informasi dari pihak saya berhasil mendapatkan salinan puzzle tersebut kemarin.”
“Kemarin…”
Jadi itu alasan mengapa hal itu tidak dicantumkan di data. Bahkan ketika Misora bersiap untuk memulai penyelidikan, L telah memeriksa segala hal dari sudut yang berbeda.
“Saya memecahkannya.” Kata L.
Sepertinya perkiraan tentang betapa sulitnya puzzle itu sekaligus menjadi ajang menyombongkan diri. Ia pasti banyak mengerutkan dahinya, pikir Misora. Meskipun ia tidak akan mengatakannya.
“Jika saya tidak salah, maka jawaban puzzle itu adalah dimana anda berada sekarang—Alamat pembunuhan pertama.”
“221 Insist Street, Hollywood? Tempatku sekarang? Tapi itu berarti…”
“Tepat. Si pembunuh memberitahu mereka dimana ia akan melakukan pembunuhan. Tapi karena puzzle-nya sangat sulit sehingga tidak ada yang mampu memecahkan, maka tidak ada yang mengetahu tujuan surat itu…”
“Apakah LAPD menerima surat seperti itu lagi? Yang mengindikasikan bahwa akan ada pembunuhan kedua dan ketiga?”
“Tidak. Saya telah memeriksa seluruh Kalifornia, untuk memastikan. Saya menemukan bahwa tidak ada surat atau e-mail seperti itu. Sebenarnya saya ingin terus mencarinya, namun…”
“Jadi itu hanya kebetulan? Tidak, itu tidak mungkin. Jika di dalamnya benar-benar terdapat alamat, maka… jadi kenapa sembilan hari sebelumnya?”
“Jarak antara pembunuhan kedua dan ketiga juga Sembilan hari. Dari 4 Agustus sampai 13 Agustus. Ada kemungkinan si pembunuh menyukai angka sembilan.”
“Tapi hanya ada empat hari antara pembunuhan pertama dan kedua… tebakan beruntung?”
“Masuk akal. Tapi sepertinya akan menguntungkan jika kita mengingat jeda Sembilan hari ini. Sembilan hari, empat hari, Sembilan hari, pembunuh ini memamerkan hasil kerjanya pada polisi. Bahkan jika ia hanya berpura-pura menjadi tipe pembunuh yang seperti itu, ada kemungkinan bahwa ada pesan di ruangan itu, selain Wara Ningyo.”
Sesuatu yang disengaja.
Sebuah pesan yang lebih susah dimengerti dibanding Wara Ningyo… sesuatu yang sama menantangnya seperi crossword puzzle. Misora kini seakan mengerti mengapa L butuh bantuannya. Tidak mungkin detektif sepeti dirinya datang ke lokasi kejadian sendiri. Kau harus melihat lokasi kejadian dengan mata kepalamu sendiri, harus bisa meraih dan menyentuh barang-barangnya… dan hal seperti ini lebih membutuhkan kualitas dibanding kuantitas. Seseorang yang bisa melihat di lokasi kejadian dari prespektifnya sendiri, cara berpikirnya sendiri…
Tapi pemikiran itu juga menaruh banyak kerepotan untuknya. Jika ia juga harus menjadi kaki mata L… maka ini terlalu banyak untuk agen biasa sepertinya tangani.
“Ada yang salah, Naomi Misora?”
Tidak… lupakan.”
“Baik. Untuk saat ini, mari kita selesaikan percakapan ini. Saya memiliki banyak acara.”
“Tentu.”
Ini adalah L, jadi tak perlu diragukan lagi ia sedang menyelidiki beberapa kasus dalam satu kurun waktu. Kasus di seluruh dunia. Untuknya, kasus ini hanyalah cabang investigasi lain. Siapa lagi yang dapat memepertahankan reputasinya sebagai detektif terhebat di dunia kalau bukan dia?
Detektif terhebat sepanjang masa, .
Detektif yang tidak memiliki klien.
“Saya akan menunggu kabar baik dari anda. Untuk meneleponku lagi gunakan nomor di baris kelima, Naomi Misora,” kata L, lalu mematikan telepon.
Misora mematikan teleponnya juga dan memasukannya ke dalam tas. Lalu ia berjalan ke rak buku untuk memulai penyelidikan. Tidak ada apa-apa di ruangan itu selain kasur dan rak buku, jadi ini tidak akan ada banyak yang harus diselidiki.
“Tidak separang si pembunuh, tapi sepertinya Believe Bridesmaid sendiri juga cukup obsesif…”
Buku-buku itu ditata rapi di rak tanpa meninggalkan celah kecil. Misora menghitung cepat jumlahnya—lima puluh tujuh volume. Ia mencoba menarik salah satu buku keluar, namun itu cukup sulit untuk dilakukan. Menggunakan jari telunjuk saja tidak cukup, dan ia harus menggunakan ibu jari dan kelingking untuk menariknya keluar. Ia membolak balik halaman-halamannya, cukup tahu bahwa hal ini tidak berguna. Ia hanya menjaga agar tangannya tetap sibuk semantara ia memikirkan harus melakukan apa. Semuanya akan menyenangkan dan sederhana kalau saja pesannya tersembunyi di antara halaman-halaman itu, namun ia tidak berharap bayak akan hal itu. Berdasarkan data, seperti saklar lampu, setiap halaman dari buku telah dibersihkan, menghilangkan semua sidik jari—memberitahu bahwa bukan hanya si pembunuh yang terlalu berhati-hati, namun polisi yang juga sudah memeriksa setiap buku. Ia bisa saja berasumsi bahwa tidak ada pesan sama sekali. Atau pesan itu ditaruh di tempat yang polisi tidak akan tahu… sesuatu yang mungkin hanya seperti penanda buku biasa, tapi sebenarnya ada kode yang tersembunyi di dalamnya… Tapi setelah membolak-balik beberapa buku lainnya, ia menggugurkan teori itu juga. Buku-buku di sini tidak meiliki penanda. Believe Bridesmaid sepertinya bukan orang yang suka menandai buku. Banyak pembaca rewel yang benci lipatan pada halaman di buku mereka. Yang mana itu berarti bahwa pembunuh yang kritis ini tidak memilih untuk melakukan apa-apa terhadap bukunya. Misora berjalan meninggalkan rak tadi. Kini ia melihat ke arah kasur, tapi hanya sedikit yang bisa diselidiki di situ. Tak ada apa-apa juga di bawah karpet… di balik wallpaper… tidak, tidak, mengapa ia harus menyembunyikan pesannya? Ia ingin pesan itu ditemukan. Bukan pesan namanya jika tidak dapat ditemukan. Ia mengirim crossword puzzle ke polisi… sangat egois. Ia membuat puzzle itu sangat susah… untuk membuktikan jika mereka bodoh.”
Ia tidak bermaksud mengecoh mereka.
Ia ingin menghina mereka.
“Kau ada di bawahku, kau tidak akan bisa mengalahkanku,—itulah isi pesannya. Itu berarti… ia tidak ingin membuat segalanya berjalan lancar dan menghindar agar tidak tertangkap, ia menginginkan sesatu yang lebih besar… atau mempermainkan kami adalah tujuan utamanya? Siapa itu ‘kami’? Polisi? LAPD? Masyarakat? Dunia? Tidak… skalanya terlalu kecil… Ini lebih ke hal pribadi. Jadi ini adalah pesan… atau sesuatu yang seperti pesan… Pasti ada sesuatu yang ada di ruangan ini… atau, tunggu…”
Pasti ada yang salah.
Mungkin tidak ada di ruangan ini.
“Sesuatu yang seharusnya di sini, tapi tidak di sini…sesuatu yang hilang, dan seharusnya ada di sini..Wara Ningyo? Tidak, mereka adalah simbol dari korban, bukan pesan… dan kamar… oh, benar! Penghuninya! Penghuni kamarnya tidak di sini.”
Sesuatu telah menghilang, sesuatu tidak lagi di sini.
Seperti pemilik ruangan, Believe Bridesmaid.
Misora mengambil foto-fotonya lagi dan melihatnya seksama kedua foto mayat dari Bridesmaid, dan satu lagi diambil setelah otopsi. Jika si pembunuh telah meninggalkan pesan pada tubuh korban, maka jelas itu bukanlah luka dari senar pengikatnya, namun sayatan di dadanya. Seperti yang Misora telah katakan pada L, normalnya luka-luka ini disebabkan dendam pribadi, namun jika ia memikirkannya lagi sekarang, luka-luka itu tidaklah alami. Di foto yang diambil dari tempat kejadian, tubuhnya tengkurap, memakai kaos yang memiliki noda darah di atasnya… tapi kaos itu sama sekali tidak rusak. Yang mana itu berarti si pembunuh telah membunuhnya, melepas kaosnya, menyayat tubuhnya, lalu memakaikan kaosnya kembali. Jika ini dendam yang sederhana, ia pasti langsung menyayat kaos itu. Apakah ada alasan mengapa ia tidak ingin merusak kaosnya? Tapi sepertinya ia juga tidak peduli jika kos itu terkena noda darah… dan kaos itu tak perlu diragukan lagi milik korban. Itu adalah yang selalu ia pakai untuk tidur…
Jika kau… melihatnya dengan seksama… luka ini… tampak seperti huruf… seperti…”
Kau harus memutar-mutar fotonya berkali-kali.
“V… C… I? No, M… lalu V… X? D… dan apakah tiga baris I di situ… L? Itu tampak seperti L… hmm, sepertinya aku terlalu memaksakannya…”
Ini hanya akan berhasil jika kau mencarinya. Huruf itu tidak terlihat seperti Kanji maupun Hangul—huruf alfabet itu lebih sederhana dan hanya berupa garis-garis, dan bekas luka gores asal-asalan mana pun, baik menggunakan pensil atau pisau, akan membentuk suatu gambaran.
“Sebenarnya aku ingin tahu apa yang dipikirkan para detektif yang bertugas dalam kasus ini, orang-orang yang terlibat dalam kasus… tapi aku tidak punya lencana sekarang, jadi itu tidak mungkin. Tentu saja, mungkin L telah mengatasi bagian itu untukku.”
Misora mulai menghargai betapa sulitnya bekerja sendirian, tanpa dukungan dari organisasi. Ia selalu ditempatkan di FBI, tapi sekarang ia merasakan betapa banyakanya ia memanfaatkan fasilitas yang disediakan di sana.
“Mungkin aku akan memeriksa ruangan yang lain… kelihatannya percuma. Tapi jika ia menghapus semua sidik jari di rumah…” Ia menggumam, dan berbalik untuk meninggalkan ruangan.
Tapi kemudian ia ingat ada satu tempat yang belum ia periksa. Di bawah kasur. Cukup mudah untuk dilihat dan lebih besar kemungkinnannya daripada di balik karpet atau wallpaper—seperinya tidak mungkin jika polisi melupakan area seperti itu, tapi sepertinya akan berguna untuk memeriksa ke bawah, hanya untuk memastikan. Di sana mungkin ada sesuatu yang bisa ia temukan.
Misora menunduk di samping kasur…
Dan sebuah tangan keluar dari bawahnya.
“…?!”
Misora langsung terlonjak ke belakang, menahan segala emosi yang muncul karena kejadian tiba-tiba ini, dan mengepalkan tangannya ke depan. Ia tidak memiliki pistol dengannya—bukan karena ia diberhenti tugaskan, tapi sederhananya ia hanya tidak pernah membawa senjata ke mana-mana. Tanpa pistol, ia tidak memiliki pelatuk untuk ditekan.
“Apa… tidak, siapa kau?” raung Misora, mencoba untuk terdengar mengintimidasi. Tapi tangan itu segera diikuti tangan kedua, seolah suaranya hanyalah angin lewat, dan sebuah tubuh pun muncul. Seorang pria, merangkak keluar dari bawah kasur.
Sudah berapa lama… ia di situ…?
Apa ia di sana dari tadi?
Apakah ia mendengar percakapannya dengan L?
Segala jenis pertanyaan membanjiri pikiran Misora.
“Jawab aku! Siapa kau?”
Ia memasukan salah satu tangannya ke dalam jaket, berpura-pura seolah ia memiliki pistol. Pria itu mendongak.
Dan perlahan berdiri.
Warna rambutnya hitam.
Sebuah kaos polos, jeans kusam.
Ia adalah seorang pemuda, dengan warna hitam tebal di kantong matanya, mata yang lebar.
Kurus, dan sepertinya sangat tinggi, tapi punggungnya bungkuk, membuat pandangannya dua jengkal lebih rendah dari Misora sehingga pria itu harus mendongak untuk melihatnya.
“Senang bertemu denganmu,” ucapnya,tidak ragu-ragu sama sekali. Ia membungkukan badannya bahkan lebih rendah lagi. “Anda bisa memanggilku Ryuzaki.”
makasih banget kak translate nya, bagus ceritanya :')
BalasHapus